Sabtu, 30 Oktober 2010

Katanya aku musrik.

Dengan gaji pas-pasan sebagai penjaga parkir memang harus berfikir tidak ada rotan akarpun jadi. maka saat giliran malam hari memang teman yang satu itu" nyamuk", membuat seluruh badan ngitar. kadang saya bakar plastik atau kertas yang ada di sampah. dengan maksud untuk menggusir nyamuk. Saat entah hari apa juragan saya yang keturunan tionghoa, membawa dupa panjang dan berdoa di ruang dalam ( ruang pribadi tentunya). kadang saya juga disuruh bersih-bersih ruangan untuk membersihkan sampah. kadang ada sisa permen, makanan dan bekas susu, karena juragan saya punya anak balita. dengan sampah-sampah itu saya bakar penganti obat nyamuk, lumayan pengiritan. jika di desa saya menggunakan buah nangka yang jatuh ketanah. kemudian dijemur saat kering bisa dibakar sebagai penganti obat nyamuk. kebetulan saya seorang muslim, kadang saya sholat di lapangan parkir. tentu dengan alas tikar dan koran. karena juragan saya tidak mempunyai mushola, kecuali pada waktu jum'atan saya bisa minta tolong cleanning service yang kebetulan beragama nasrani. saat itu dinas malam seperti biasanya setelah mengorek di bak sampah saya menemukan dupa panjang kalau gak salah ada tulisan hio, setelah saya bakar memang nyamuk agar takut mendekat. pada saat duduk dipojokan dengan dupa menyala, ada seorang pengurus masjid di desa saya ke warnet dan melihat saya sedang membakar dupa. berhubung saya jauh lebih muda dari dia tentu saya lebih dulu nyalami. silakan lho mas sepeda motor diparkir disini, dia tidak menjawab dan tersenyum sinis sambil buang muka. saat itu saya berfikir apa salah saya. mungkin dia sedang ada masalah dengan keluarganya. beberapa hari kemudian saat saya ke masjid dia masih tersenyum sinis dengan saya, seperti saat bertemu di warnet. kemudian saya bertanya dengan Lik Parto saat di pos ronda, ada apa tho kok beliau sinis dengan saya, oo...kata dia kamu musrik kata Lik Parto, lho kok bisa ngomong seperti itu,...katanya kamu bakar dupa ya sambil sholat katanya kamu menyembah lapangan parkir dan motor, dan juga dia mengatakan bahwa kamu cuma punya sarung itu saja, mbok beli yang baru itu kata dia lho kata Lik Parto. memang untuk sarung itu juga pemberian dari tetangga saat tahlilan seribu hari, dari pada beli baru,...uangnya saya sodakohkan ke panti asuhan yatim piatu, karena saya kasihan masih kecil-kecil kok tidak punya orang tua. dan saya lebih nyaman dan tenang
menyedekahkan sedikit gaji dan tip saya walau tidak seberapa. paling cuma 2 liter beras. tapi memang kemampuan saya juga segitu. karena pekerjaan saya cuma tukang parkir.

1 komentar:

  1. seng sabar mas... gusti Allah mboten sare, seng ngerti khan gusti Allah.

    wassalam wr wb

    BalasHapus